Sunday, November 05, 2006

Sketsa Arsitektur Karo Masa Kini

Nuah P. Tarigan

Tulisan ini mungkin tidak cukup dalam menjelaskan situasi dan keadaan Arsitektur Karo masa kini, oleh karena itu saya menambahkan kata sketsa pada judulnya. Sketsa menunjukkan suatu gambaran awal dari suatu bangunan atau arsitektur yang sifatnya private dan public.

Didalam arsitektur, sketsa adalah penumpahan semua ilham dan ide dari seorang arsitek dalam menggambarkan imajinasinya. Akan tetapi tidak cukup hanya sampai sketsa saja, karena perlu dikembangkan lagi dengan apa yang dinamakan Rencana dan Rancangan (Plan dan Design). Arsitektur Karo seharusnya juga punya dinamika yang progresif, tidak berhenti atau mandeg. Ini ditunjukkan dengan makin banyaknya bangunan yang bernuansa; Karo, akan tetapi itu tidaklah cukup karena ternyata banyak bangunan yang bertype Karo tersebut hanya bentuk luarnya saja (Form) akan tetapi Ruang (Space) nya tidak sesuai sama sekali.

Arsitektur Karo yang lumayan representative menurut saya saat ini adalah bangunan gereja Katolik yang baru di Brastagi, lokasinya pas ditikungan dan terletak agak tinggi dari bangunan lainnya, dan juga beberapa arsitektur bernuansa Karo lainnya yang ada di Kabupaten Karo dan Deli Serdang. Hanya perlu ditelusuri juga apakah bangunan bangunan yang secara bentuk atau form/ shape nya sudah memenuhi kriteria konsep bangunan Karo. Karena hati atau nyawanya pun harus punya kaitan dengan KeKaroan.

Sangat disayangkan bahwa akhir-akhir ini banyak warga Karo yang tidak peduli lagi dengan Arsitektur bernuansa Karo ini, kebanyakan para eksekutif dan pemilik rumah yang punya uang yang berlebih, mendesign bangunan rumahnya dengan arsitektur minimalis, bali, avant-garde lainnya, atau pendekatan ekletis (campur-campur). Memang ada yang berusaha untuk mendesign bangunan dengan memakai bentuk atap Karo dan atap yang punya empat muka (empat ayo), akan tetapi kebanyakan gagal dalam hasil designya karena hanya menjiplak secara membabi-buta.

Atap bukanlah satu-satunya unsur yang diperhatikan didalam mendesign bangunan Karo, ada banyak hal yang perlu diperhatikan yaitu corak warna, shape, space, mass, unity, tones, dan lain sebagainya. Ini akan bertautan dengan fungsi bangunan, konteksnya dan sumbangannya dalam membuat lingkungan yang asri, bersih dan sehat.

Arsitektur yang asri, bersih, sehat, punya sumbangan dalam sosial kemasyarakatan dan bermartabat. Satu hal yang penting adalah sumbangan kita dalam pembangunan masyarakat yang menyeluruh, bukan hanya untuk kepentingan pribadi dan kepuasan duniawi dan material. Karena ini pada akhirnya akan menyumbangkan peran serta yang luar biasa dalam perencanaan dan perancangan kota. Saya kira ini bisa diasosiakan dengan keluarga yang sehat dan kuat akan membuat Negara kita ini sehat dan kuat juga.

Suatu bangunan yang bermartabat dan punya peran dalam sosial kemasyarakatan adalah bangunan fisik yang tidak super-egois dan tidak sangat individualis. Memang unsur private tidak boleh hilang, akan tetapi seharusnya dia tidak melupakan masyarakat yang memberikan sumbangan yang besar bagi kemaslahatan dirinya.

Adanya hubungan yang organis dan saling mendukung ini akan membuat keluarga dalam satu rumah atau suatu fungsi bangunan itu akan menjadi suatu hubungan simbiosis mutualistis, saling membantu dan membangun. Banyaknya kegagalan yang terjadi dalam masyarakat kita tidak lepas dari ketidak-mampuan kita dalam melihat sisi sisi manusiwai dalam arsitektur, artinya, kita sering hanya memuaskan diri kita sendiri untuk kehebatan dan kepopuleran kita tanpa melihat manfaatnya pada orang lain.

Akhirnya sketsa ini kiranya dapat menjadi bahan perenungan kita dalam melihat sisi sisi arsitektur Karo yang kontekstual dan bersifat kekinian, bukan untuk membuat suatu menara mercu-suar untuk memuaskan diri kita sendiri, kelompok kita sendiri, dan kebanggaan diri kita sendiri.

Mudah-mudahan arsitektur Karo tidak diKudeta oleh Arsitek-arsitek generesi-generasi masa yang akan datang dan bukan dari kalangan kita sendiri. Semoga tidak menjadi tawanan-tawanan dalam pikiran kita sendiri, kesombongan kita dan kenaifan kita.


Bangkok, 24th September 2006

No comments: